Selasa, 26 November 2013

Artikel


Fungsi


Sintok ialah sejenis tumbuhan berbatang berkayu yang memanjat. Tumbuhan ini adalah dari jenis liana dan selalunya dijumpai memanjak pokok-pokok lain terutamanya pokok-pokok balak didalam hutan. Sintok membiak melalui biji benih. Buahnya yang matang berwarna hitam dan buah ini juga boleh digunakan sebagai pengganti syampu seperti kulit batangnya juga.untuk menjadikan aar sintok sebagai pengganti syampu untuk menghitam dan mengilatkan brambut, kulit batangnya diketuk hingga leper dan disiatkan kedalam air.a akan mengeluarkan buih dan buih ini digunakan untuk syampu manakala kulit tadi boleh digunakan untuk menyental tubuh badan ketika mandi. Selain menghilangkan kotoran dan daki ia juga wangi dan menyegarkan.

Manfaat:
Sintok dapat digunakan sebagai salah satu bahan untuk membuat
pilis(diampur dengan akar tinggal dan kapulaga) yang digunakan sebagai tampalan pada dahi ibu selepas melahirkan untuk mengelakkan pening kepala dan angin meroyan.

Sintok juga digunakan sebagai penyegar yang boleh mengembalikan kecergasan tubuh badan. ia banyak digunakan oleh dukun dan pengamal perubatan alternatif sebagai bahan campuran mandian untuk memulihkan semangat dan mengembalikan kecergasan terutamanya selepas lama terlantar Sakit.

Masyarakat melayu tradisional juga mengamalkan mandi menggunakan kulit akar sintok selepas suci dari haid untuk mengembalikan kecergasan disamping mengharumkan tubuh badan.

Kayu sintok pula mampu untuk merawat penyakit sifilis dengan cara meminum air rebusan akarnya.

Ia juga boleh digunakan untuk merawat gigitan haiwan dan serangga berbisa,ia juga dapat meredakan sedu dan juga untuk merawat berak berdarah

KAyu Sintik yang hampir punah

ABSTRAK

Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri pada batang dan daunnya. Sintok ditemukan di hutan-hutan primer dan sekunder dengan status keberadaan di alam yang mulai terbatas jumlahnya. Studi populasi dan ekologi sintok dilakukan di kawasan Hutan lindung Gunung Kelud dengan membuat plotplot pengamatan setelah mencapai kawasan di atas ketinggian 700 m dpl. Data yang dikumpulkan dalam analisis vegetasi di kawasan meliputi data ekologi biotik meliputi kelimpahan spesies (C. sintoc) dan komposisi vegetasi sekitarnya, serta data abiotik meliputi karakteristik habitat berupa faktor edafik, topografi dan klimatik. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa di kawasan Gunung Kelud dengan ketinggian 704-793 m dpl jumlah spesies sintok yang ditemukan dalam habitus pohon sebanyak dua spesimen, sedangkan dalam bentuk belta sebanyak satu spesimen. Beberapa jenis pohon yang ditemukan dalam jumlah tinggi di sekitar sintok adalah pohon Sterculia cf. coccinea dan Erythrina subumbrans, jenis belta adalah Tabernaemontana sphaerocarpha dan jenis tumbuhan bawah adalah Paspalum sp. C. sintoc ditemukan pada kawasan terbuka, kemiringan lahan antara 30-80°, kelembaban udara 82%, tekstur tanah pasir dengan ketersediaan unsur hara rendah.

Keywords : Cinnamomum sintoc, plot pengamatan, Gunung Kelud, studi populasi dan ekologi.

1. PENDAHULUAN

Cinnamomum sintoc Blume merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri pada batang dan daunnya. Secara luas tanaman ini dikenal dengan nama sintok, huru sintok (Jawa), huru sitok (Sunda) dan madang sangit atau madang lawang (Sumatera). Sintok ditemukan di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan (Lemmens, Soerianegara and Wong, 1995).

Pohon sintok dapat mencapai tinggi 20 – 30 m, batangnya coklat kehitaman, dengan diameter 70 cm, sedangkan kayunya berwarna coklat kemerahan, berbau harum seperti cengkih. Daun sintok melonjong dengan ukuran panjang 7 – 17,5 cm dan lebar 2,5 – 5,5 cm, tulang daun menjari tiga, daun muda berwarna merah-ungu kehijauan, permukaan daunnya mengkilat. Pohon ini memiliki perbungaan yang berbentuk malai
(Anonimous, 2008).

Selain sebagai penghasil minyak atsiri, kayu sintok juga digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan sakit encok dan digigit serangga, disentri, sariawan dan cacingan. Di Sukabumi, kayu sintok digunakan sebagai obat dengan cara ditumbuk dan dibalurkan ke daerah yang sakit (Hidayat, 2006). Kulit kayunya juga digemari sebagai obat, baunya yang khas berasal dari minyak eugenol yang dapat digunakan sebagai bahan kosmetik. Minyak atsiri yang terkandung dalam kayunya dapat memberi wangi dan juga mempunyai sifat anti bakteri (Dzulkarnain dan Wahjoedi, 1996). Di beberapa daerah, kayu sintok juga digunakan sebagai bahan bangunan.

Perbanyakan C. sintoc Bl. dilakukan dengan biji. Perkecambahan biji sintok terjadi 10-12 hari setelah tanam, dengan persentase perkecambahan mencapai 80-90%. Sebelum dikecambahkan biji dibersihkan lebih dulu dari daging buahnya. Perendaman biji ke dalam air panas sebelum tanam menyebabkan biji tidak mampu berkecambah (Yulistyarini, 2007, data belum dipublikasikan). Hasil pengamatan Irawanto dan Darmayanti (2008) menyebutkan bahwa sintok berbuah sekali dalam satu tahun, terjadi antara bulan Oktober – Desember. Siklus reproduksi (masa berbunga dan berbuah) tanaman terjadi pada awal musim hujan dan pada kisaran suhu 21,08°–30,83°C.

Sintok umumnya tumbuh di hutan-hutan pada ketinggian 700 – 1.700 m diatas permukaan laut. Biasanya ditemukan di antara perdu dan semak hutan-hutan sekunder, pada daerah yang tidak ternaungi atau terbuka (Backer and van de Brink, 1963). Tanaman ini cenderung individual, jarang ditemukan mengelompok. Hidayat (2006) menyebutkan terdapat kesenjangan antara jumlah pohon sintok dan anakannya, sehingga diduga tanaman ini menemui kesulitan dalam regenerasinya di alam. Dilaporkan bahwa keberadaan sintok di P. Jawa jumlahnya semakin sedikit, bahkan Rifai et. al. (1992) menyebutkan sintok termasuk sebagai tumbuhan obat di Jawa yang berstatus terkikis.

Dalam upaya konservasi sintok, maka perlu dilakukan studi untuk mengetahui populasi sintok di Hutan Lindung Gunung Kelud, Kabupaten Blitar. Disamping itu, ingin diketahui pula aspek-aspek ekologi yang mendukung pertumbuhan sintok di habitat alaminya. Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan informasi dalam upaya pembudidayaan tanaman ini, sehingga proses kelangkaannya dapat dicegah dan pengembangan potensinya dapat dilakukan

diambil : http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-sintok/abban-putri-fiqa-dan-titut-yulistyarini/